Banyak Ragamnya! Inilah Bentuk Kekerasan Seksual Pada Wanita (Bagian I)

Banyak ragamnya! Inilah bentuk kekerasan seksual pada wanita (Bagian I)– Ketika mendengar seks, tentunya yang dipikiran kamu adalah aktivitas yang menyenangkan dan menggairahkan oleh sepasang kekasih untuk meningkatkan keintiman secara fisik. Tentu, pada dasarnya, berhubungan seks nggak hanya menjadi cara untuk mendapatkan keturunan saja, akan tetapi sebagai pelepas penat sekaligus meningkatkan cinta dan kasih sayang antar keduanya. Seringkali, aktivitas seks saat ini justru dimanfaatkan oleh sebagian banyak orang dalam mengeksploitasi pasangannya. Sebenarnya, baik pria dan wanita berpotensi menjadi korban dalam kasus ini. Namun, pada pembahasan di artikel ini (dan kedepannya), kamu akan mengetahui ragam kekerasan seksual yang dapat dialami oleh wanita. Bahkan, mungkin kamu pun secara nggak sadar pernah mengalaminya, lho! Berdasarkan sumber yang diambil dari PDF dengan judul “15 Bentuk Kekerasan Seksual” dan dari hasil pengamatan yang dilakukan sejak tahun 1998-2013, terdapat 15 raga kasus kekerasan seksual yang paling sering dialami oleh para wanita. Tapi, kali ini, kita akan membahas 5 ragamnya terlebih dahulu, ya! 1. Kontrol Seksual Tanpa disadari, kontrol seksual terhadap wanita sampai saat ini masih dialami oleh banyak orang, lho. Salah satu yang paling populer adalah ketika masyarakat memberikan label kepada wanita “baik-baik” dan “nakal” hanya berdasarkan dari penampilan dan aktivitas yang dilakukannya. Misalnya saja seperti ini, wanita yang selalu pulang larut malam, sering bercengkrama dengan sekelompok pria yang bukan pasangannya, hingga menggunakan gaya berbusana yang sedikit terbuka dianggap sebagai “wanita nggak baik”. Definisi wanita baik bagi masyarakat adalah membatasi pergaulan dengan lawan jenis, menggunakan pakaian tertutup dan selalu berada di rumah saat memasuki waktu malam hari. Ketika para wanita yang dilabeli “wanita nakal” tersebut mengalami pelecehan seksual yang sebenarnya mereka nggak menggoda atau memicu orang lain melakukan hal nggak senonoh terhadap dirinya, justru mendapatkan penghakiman karena dari dirinya sendirilah yang memancing para pelaku untuk melakukan pelecehan seksual. Tentu, hal ini menjadi sangat diskriminatif dan sudah termasuk dalam bentuk pelecehan. 2. Praktik Tradisi Seksual Seringkali wanita harus dihadapkan pada realita bahwa kebudayaan dan kepercayaan masyarakat dari turun temurun menjadi bagian tradisi yang nggak bisa terlepaskan. Seperti misalnya kasus di negara Afrika yang mengharuskan para wanita melakukan sunat (atau lebih tepatnya melakukan mutilasi, dilansir dari alodokter karena pengangkatan vagina nggak hanya pada bagian dalam saja, bahkan bagian bibir hingga klitoris vagina pun juga turut diangkat!) Akibatnya, praktik seperti ini nggak hanya mengganggu kesehatan fisik para wanita, melainkan psikis mereka pun menjadi terganggu karena kehilangan salah satu mahkota dari tubuhnya. Tentunya, tradisi seksual seperti ini secara nggak langsung merugikan pihak-pihak yang sebenarnya nggak ingin melakukan cara seperti ini. Miris, ya? 3. Hukuman Menyangkut Seksual Terkadang, ketika seseorang melakukan kesalahan, menerapkan hukuman menjadi salah satu cara supaya orang tersebut menyesal dan nggak mengulangi kesalahannya. Namun, kamu pasti sudah nggak asing ketika sepasang kekasih yang melakukan tindakan mesum dan digrebek warga sekitar lalu diarak keliling kampung? Lebih parahnya lagi, sepasang kekasih tersebut nggak diperkenankan untuk mengenakan baju sama sekali. Duh! Ada juga kasus ketika seorang wanita melakukan hal mesum di salah satu Mall besar di ibukota. Naas, saat hal tersebut dipergoki oleh pihak keamanan, si wanita justru dibiarkan telanjang bulat dan diarak keliling Mall dan otomatis menjadi bahan tontonan para pengunjung saat itu. Tindakan seperti ini rasanya sudah menggunakan akal sehat dan jiwa kemanusiaan saat memberikan hukuman kepada orang-orang terkait dengan seksualitas yang mereka lakukan. Bukan hanya menjadikan mereka kapok, akan tetapi menimbulkan traumatis mendalam bahkan dapat menyebabkan mereka depresi dan bunuh diri. 4. Penyiksaan Seksual Berhubungan seksual nggak selamanya memberikan sensasi kenikmatan bagi para pelakuknya. Bahkan, aktivitas yang seharusnya menimbulkan rasa “menyenangkan” ini justru dijadikaan alat penyiksaan oleh oknum-oknum nggak bertanggung jawab. Misalnya saja seperti wanita yang disekap oleh sekelompok penjahat. Supaya dapat dibebaskan, maka si wanita terpaksa harus menuruti hawa nafsu bejatnya. Contoh lainnya seperti bos yang mempunyai sekertaris dan memberikan ancaman jika menolak berhubungan seks dengannya, maka risiko dipecat akan menjadi taruhannya. Lagi-lagi, sebagai bawahan yang terpaksa melakukannya hanya karena nggak ingin mata pencahariannya hilang, harus mau melakukan hubungan seksual dengan si bos. 5. Penggunaan Paksa Alat Kontrasepsi Sebenarnya, penggunaan alat kontrasepsi bukan sebagai bentuk kekerasan seksual ketika si wanita memang mengetahui dan setuju untuk menggunakannya. Namun, hal tersebut dapat diubah menjadi tindak kekerasan ketika pemasangan alat kontrasepsi hanya untuk kepentingan pihak tertentu saja. Untuk pembahasan selanjutnya, kamu bisa baca lebih lanjut dengan cara klik bagian II dan bagian III, ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mulai chat
1
💬 Tanya Gaby ?
Halo Kaka Cakep👋
yuk tanya Gaby Sekarang ?